Minggu, 07 Desember 2014

Realita Cinta

Inilah realita kehidupan beberapa tahun yang silam...

April kelabu, suram, hancur dan sirna 2009
Air mata...
bye bye cinta yang terabaikan.

Satria sebelum cahaya datang, tak nampak dan tak terlihat jelas dalam pandangan, ye kelabu, suram, hancur dan sirna.
Ku ratapi kisah ku dengan air mata, ku renungi kisah cinta ku dengan tangis sendu, hati ini memang terlalu sakit, karena cintanya...
Huuftess... menghela nafas panjang
Yaah, serpihan demi serpihan ku rasa begitu terasa hingga menggetarkan dada, kepingan-kepingan tentangnya ku ingat, semakin ku kenang, semakin aku hancur...!

Mmmmm...
Tapi mengapa...?
Sampai sekarang aku masih mencintainya...!
Pilur-pilur luka meleleh, harapan cinta tetap mengental,
Ku coba menahan isak tangis hingga sesak dan menghapus setiap tetesan air mata di pipi hingga sirna.

Namun mengapa...?
Luka dan sakit ini membuat aku semakin cinta!

Kapankah air mata ini berubah menjadi air mata yang bening, sebening salju dan tak akan keruh.
Kapankah derai tangisan ku terhenti dan menjadi setetes lalu terakhir.

Seharusnya aku tak perlu tangisi, harusnya aku kuat, harusnya aku bangkit, harusnya tak perlu ku pertaruhkan air mata ini. Hanya demi satu kenangan yang mungkin tidak begitu indah untuk di kenang di masa depan dan masa yang telah pergi, perlahan menjauh dan terus jauh dari hadapan...

Tapi mengapa..
Mengapa sampai sekarang aku belum bisa melupakannya, apa perlu seribu tahun lagi, mengapa terus jatuh tersungkur dan menumpahkan air mata yang perihkan hati ini.
Hati ku kini menjadi perasa, air mata ini jatuh, jatuh untuk cinta yang telah mengabaikan ku.

Mataku yang menjadi saksi bagaimana air mata ini jatuh untuknya.
Air mataku terus jatuh ..
Terlalu banyak dan berderai
Terlalu lama menetes dan terus menumpah membasahi pipi

Dan aku sendiri...
Bersama keluh kesah ku..
Yang tenggelam oleh suara tangis ku bersama serpihan hati yang akan ku bawa sampai aku mati...!